Alex memandangi layar komputernya dengan tatapan kosong. Di meja kerjanya,
kopi yang sudah dingin mulai menguap, dan lampu meja yang berkelip-kelip
memberi cahaya temaram pada tumpukan catatan dan buku. Di sudut kanan atas
layar, jam digital menunjukkan pukul 11:00 malam. Tenggat waktu proyek
yang harus diserahkan pukul 12:00 malam semakin dekat.
Berkali-kali Alex mencoba fokus pada kode yang tampaknya tak pernah
selesai. Bug yang sama terus muncul, dan setiap kali dia merasa mendekati
solusi, sistemnya justru kembali menjadi kacau. Ketegangan dan kelelahan
sudah melumat semangatnya. Beberapa rekan kerjanya sudah mengirim pesan
menanyakan perkembangan proyek, tapi Alex belum punya jawaban yang
memuaskan.
"Kalau hanya ada satu cara untuk menyelesaikannya..." gumam Alex sambil
mengusap wajahnya yang mulai lesu.
Dia teringat nasihat mentor lamanya, seorang programmer yang telah pensiun
dan sekarang menghabiskan hari-harinya sebagai pensiunan penulis puisi.
Mentor itu pernah berkata, "Kadang-kadang, jawabannya ada di luar sana,
hanya perlu sedikit lebih sabar dan sedikit lebih berani."
Alex memutuskan untuk meninggalkan layar komputer sejenak. Dia keluar ke
balkon apartemennya yang menghadap ke kota. Hembusan angin malam
membuatnya sedikit lebih tenang. Lampu-lampu kota tampak seperti bintang
yang tersebar di daratan. Dengan secercah harapan, Alex mengeluarkan
ponselnya dan mulai membaca beberapa catatan lama dari mentor tersebut.
Salah satu kutipan menarik perhatiannya: "Terkadang, solusinya ada di
dalam diri kita, bukan di dalam kode."
Kembali ke mejanya dengan semangat yang baru, Alex mulai memeriksa kembali
kode-kodenya dengan sudut pandang yang segar. Dia menemukan kesalahan
kecil yang selama ini terlewatkan—sebuah koma yang hilang di baris kode
yang sangat krusial. Dengan perasaan lega dan sedikit rasa malu, dia
memperbaiki bug tersebut dan menjalankan programnya. Hasilnya: sukses.
Dengan waktu tersisa sepuluh menit, Alex mengirimkan proyeknya ke server.
Ketegangan yang selama ini menghimpitnya akhirnya mulai mereda. Dia
mengirimkan pesan singkat kepada timnya: "Selesai. Maaf atas
keterlambatannya."
Timnya membalas dengan ucapan terima kasih dan pujian atas kerja kerasnya.
Walaupun ada kekurangan dan ketidaksempurnaan, mereka tahu betapa beratnya
perjuangan Alex.
Dengan tersenyum, Alex mematikan komputer dan kembali ke balkon. Angin
malam terasa lebih segar, dan bintang-bintang di langit tampak lebih
bersinar. Meskipun tenggat waktu menegangkan telah berlalu, Alex belajar
bahwa terkadang, dalam situasi yang paling menekan sekalipun, yang
dibutuhkan hanyalah sedikit ketenangan dan keberanian untuk melihat solusi
dari sudut pandang yang baru.
Semoga cerpen ini menggambarkan tekanan dan kepuasan yang sering dialami oleh para programmer di tengah tenggat waktu proyek yang ketat!
Baca Juga Cerita Pendek Lainnya: Cerita Pendek
Tidak ada komentar