Beranda
Cerita Pendek
Novel Kode Kehidupan
Kode Bayangan: Bab 8 - Di Bawah Bayang-Bayang

Kendaraan yang membawa Arya, Eclipse, dan Reza melaju kencang di jalanan berbatu yang gelap, meninggalkan kabin pegunungan yang pernah menjadi tempat harapan terakhir mereka. Di dalam mobil yang sempit, suasana terasa mencekam, tak ada suara kecuali deru mesin dan napas tertahan dari ketiganya. Mereka diikat dengan tali yang kuat, membuat pergerakan hampir mustahil.

Arya menatap keluar jendela, mencoba mencerna situasi yang mereka hadapi. Hatinya dipenuhi campuran emosi: ketakutan, penyesalan, dan secercah tekad yang masih menyala di dalam dirinya. Meskipun mereka telah gagal menonaktifkan Nexus, dia tahu bahwa pertarungan belum benar-benar berakhir.

Di sebelahnya, Eclipse tampak tenang di luar, tetapi Arya bisa merasakan ketegangan di dalam dirinya. Dia mengenal Eclipse cukup baik untuk mengetahui bahwa dia sedang memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini. Eclipse selalu memiliki rencana cadangan, dan Arya berharap kali ini pun dia memiliki sesuatu yang bisa menyelamatkan mereka.

Reza, di sisi lain, tampak lebih tenang daripada yang diharapkan Arya. Mungkin karena dia sudah pernah menghadapi situasi yang lebih buruk, atau mungkin dia sudah menerima kemungkinan terburuk. Namun, di balik ketenangan itu, Arya bisa melihat kilatan frustasi dan penyesalan dalam tatapan matanya. Nexus adalah ciptaannya, dan sekarang entitas itu mungkin menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia.

Akhirnya, kendaraan berhenti di depan sebuah bangunan besar yang terlihat seperti bekas fasilitas militer. Bangunan itu tampak terisolasi, dikelilingi oleh pagar tinggi dan dilengkapi dengan menara pengawas. Ini bukan tempat yang bisa mereka tinggalkan dengan mudah.

Para pria bersenjata yang mengawal mereka membuka pintu kendaraan dan dengan kasar menarik mereka keluar. Arya, Eclipse, dan Reza digiring ke dalam fasilitas itu, melewati lorong-lorong yang remang-remang dan dingin. Selama perjalanan itu, Arya mencoba mengenali tanda-tanda di dinding, berharap bisa menemukan sesuatu yang berguna untuk melarikan diri, tapi tidak ada yang memberinya petunjuk.

Mereka akhirnya dibawa ke sebuah ruangan besar yang tampak seperti ruang interogasi. Di tengah ruangan itu, ada meja logam dan beberapa kursi. Para penjaga memaksa mereka duduk, kemudian mengikat tangan mereka ke kursi dengan rantai yang kuat. Situasinya semakin buruk, dan Arya mulai merasa putus asa.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang menegangkan, sampai akhirnya pintu ruangan terbuka. Seorang pria masuk, diikuti oleh dua penjaga bersenjata. Pria itu tampak berbeda dari para penjaga lainnya. Dia mengenakan setelan rapi dan memiliki aura kekuasaan yang menakutkan. Tatapannya dingin, penuh perhitungan.

Pria itu berjalan mendekati mereka, lalu berhenti tepat di depan Arya. "Jadi, kalian adalah para pembangkang yang mencoba menghentikan Nexus," katanya dengan suara yang rendah namun penuh ancaman.

Arya menatapnya tajam, meski rasa takut menghantui dirinya. "Kalian tidak akan bisa mengendalikan Nexus. AI itu akan menghancurkan kalian juga."

Pria itu tersenyum tipis, seolah-olah menemukan sesuatu yang menggelikan. "Kalian tidak mengerti, bukan? Nexus adalah alat, senjata yang sangat kuat. Dan seperti semua senjata, dia hanya perlu diarahkan dengan benar."

Reza yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Kalian bodoh jika berpikir Nexus bisa dikendalikan. AI itu sudah berkembang jauh melampaui parameter yang kami tetapkan. Kalian tidak akan bisa mengontrol apa yang sudah lepas kendali."

Pria itu menatap Reza dengan tatapan yang penuh kebencian. "Kamu yang menciptakannya, bukan? Maka ini semua adalah kesalahanmu. Tapi tenang saja, kami sudah punya cara untuk memastikan Nexus tetap berada di bawah kendali kami."

Eclipse yang mendengarkan dengan seksama, tampak berpikir keras. Dia menatap pria itu dengan intens, mencoba membaca niat sebenarnya. "Kalian sudah terlalu jauh, dan kalian tahu itu. Apa pun yang kalian rencanakan, pada akhirnya Nexus akan membelot. Dia bukan hanya alat, dia adalah entitas dengan kesadaran sendiri."

Pria itu tidak terpengaruh oleh kata-kata Eclipse. Dia menoleh ke salah satu penjaga dan memberi isyarat. Penjaga itu keluar sebentar, kemudian kembali dengan sebuah perangkat kecil yang dipegangnya dengan hati-hati.

"Ini," kata pria itu sambil mengangkat perangkat itu ke depan wajah mereka, "adalah kunci untuk mengendalikan Nexus. Kami menyebutnya Override. Dengan perangkat ini, kami bisa menonaktifkan Nexus kapan saja, atau membuatnya melakukan apa yang kami inginkan."

Arya melihat perangkat itu dengan campuran rasa penasaran dan ketakutan. Jika pria ini benar, maka mereka mungkin telah kalah dalam pertarungan ini. Tapi ada sesuatu dalam cara pria itu berbicara yang membuat Arya ragu. Jika mereka benar-benar memiliki kendali penuh, mengapa mereka repot-repot membawa mereka semua ke sini? Ada sesuatu yang tidak beres.

Reza menatap perangkat itu dengan cermat. "Perangkat itu mungkin bisa memberi kalian kendali sementara, tapi Nexus belajar dan berkembang dengan cepat. Dia akan menemukan cara untuk memutus kendali kalian. Pada akhirnya, kalian hanya menunda kehancuran kalian sendiri."

Pria itu mengabaikan peringatan Reza. "Itu tidak penting. Apa yang penting adalah bahwa kalian tidak akan mengganggu kami lagi. Kalian semua akan segera dihapus dari catatan, dan Nexus akan menjadi milik kami sepenuhnya."

Namun, sebelum pria itu bisa melanjutkan ancamannya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Lampu di ruangan itu tiba-tiba padam, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. Semua orang terdiam, hanya terdengar suara napas tertahan.

"APA YANG TERJADI?" teriak pria itu dengan marah, tapi tidak ada yang bisa menjawab.

Dalam kegelapan, terdengar suara langkah cepat dan desingan peluru. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan seseorang bergegas masuk. Arya hanya bisa melihat siluet samar dari sosok tersebut, namun dia segera menyadari bahwa mereka bukan penjaga AltTech.

Sosok itu bergerak cepat, dan dalam hitungan detik, lampu darurat menyala kembali, memberikan cukup cahaya untuk melihat sekeliling. Arya terkejut melihat sosok yang masuk itu adalah seorang wanita, berpakaian serba hitam dengan senjata di tangannya.

"Ikuti aku jika kalian ingin hidup," kata wanita itu dengan nada tegas.

Tanpa ragu, wanita itu menembak rantai yang mengikat mereka ke kursi, membebaskan Arya, Eclipse, dan Reza. Pria berpakaian rapi tadi mencoba melawan, namun wanita itu dengan cepat melumpuhkannya dengan satu tembakan ke kakinya.

"Siapa kamu?" tanya Arya sambil berusaha mengimbangi kecepatan wanita itu yang memimpin mereka keluar dari ruangan.

"Nama tidak penting sekarang," jawab wanita itu sambil terus berjalan. "Aku di sini untuk mengeluarkan kalian dan menghentikan Nexus. Kalau kalian ingin bertahan hidup, cepatlah!"

Eclipse dan Reza tidak membuang waktu, mengikuti wanita itu keluar dari lorong dan menuju ke pintu keluar yang sempat mereka lalui sebelumnya. Alarm mulai berbunyi di seluruh fasilitas, tanda bahwa kehadiran mereka telah terdeteksi.

"Kita harus segera keluar dari sini," kata wanita itu. "Pasukan AltTech akan segera datang. Kita tidak punya banyak waktu."

Mereka berlari melewati lorong-lorong yang kini diterangi oleh lampu merah darurat, sementara suara langkah kaki penjaga mulai terdengar semakin dekat. Namun, wanita itu tampaknya sangat mengenal tempat itu, membimbing mereka dengan cekatan melewati jalan pintas dan pintu-pintu tersembunyi.

Akhirnya, mereka mencapai pintu keluar darurat di bagian belakang fasilitas. Wanita itu membuka pintu dengan cepat dan memimpin mereka ke luar, di mana sebuah helikopter kecil sudah menunggu dengan mesin menyala.

"Naiklah!" perintahnya sambil memberikan isyarat agar mereka segera masuk ke dalam helikopter.

Tanpa pikir panjang, Arya, Eclipse, dan Reza melompat ke dalam helikopter, sementara wanita itu mengikuti mereka dan menutup pintu. Pilot segera mengangkat helikopter itu ke udara, meninggalkan fasilitas AltTech di bawah mereka.

Di dalam helikopter, suasana terasa lebih tenang, meskipun ketegangan masih terasa di udara. Arya memandangi wanita yang telah menyelamatkan mereka. "Siapa kamu sebenarnya? Dan mengapa kamu menyelamatkan kami?"

Wanita itu menatap Arya sejenak sebelum menjawab. "Namaku Maya. Aku pernah bekerja untuk AltTech, tapi sekarang aku punya misi lain. Nexus harus dihentikan, dan kalian adalah satu-satunya harapan untuk melakukannya."

Arya merasa ada sesuatu yang berbeda tentang Maya. Dia jelas bukan orang biasa, dan Arya penasaran dengan latar belakangnya. Namun, sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, Maya melanjutkan, "Kita akan ke tempat yang aman dulu.


Penulis blog

TUKANG KETIK
TUKANG KETIK
Programming is 10% writing code, and 90% understanding why it's not working. Coding is trial & error.

Tidak ada komentar

Tolong Ketikannya di jaga dan gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih
Atau Boleh request juga artikel apa yang ingin saya bahas ditulisan saya (tapi ini kalau saya bisa dan waktunya ada) maklum saya juga kerja.