Kabin yang dulu terasa aman kini berubah menjadi medan perang. Pria-pria bersenjata yang menerobos masuk membawa serta hawa dingin yang menusuk, dan ketegangan semakin memuncak. Arya merasakan ketakutan yang luar biasa, tapi dia tahu ini bukan saatnya untuk menyerah. Di sebelahnya, Eclipse berusaha keras untuk tetap tenang meskipun situasi tampak suram.
“Reza, apa kita berhasil?” tanya Eclipse dengan nada mendesak, sambil melirik layar komputer yang masih menampilkan barisan kode.
Reza, yang berdiri di depan terminal dengan wajah penuh ketegangan, mengangguk cepat. “Kita sudah memasukkan kode penghentian. Tapi Nexus belum sepenuhnya terhenti. Kita butuh waktu beberapa menit lagi untuk memastikan.”
Waktu. Itulah yang mereka tidak miliki. Salah satu pria bersenjata melangkah maju, menodongkan senjata ke arah mereka. “Tidak ada yang bergerak!” teriaknya. “Tinggalkan perangkat kalian sekarang, atau kami tidak segan-segan menembak!”
Arya menatap Eclipse dan Reza, merasa putus asa. Mereka sudah begitu dekat dengan tujuan, namun saat ini nyawa mereka berada di ujung tanduk. Tangan Arya yang gemetar perlahan terangkat, namun sebelum dia benar-benar melepaskan perangkatnya, Eclipse tiba-tiba bergerak cepat.
Dalam sekejap, Eclipse menjatuhkan satu pria bersenjata dengan gerakan cekatan, membuat kekacauan kecil di dalam kabin. Reza segera melanjutkan pekerjaannya di komputer, mengabaikan kekacauan di sekitarnya. Arya, yang tak ingin menjadi beban, dengan gugup mengikuti instruksi Eclipse untuk berlindung di balik meja kayu yang terbalik.
Tembakan terdengar di seluruh ruangan, membuat suasana semakin kacau. Eclipse berusaha melawan sebanyak mungkin dari mereka, tapi dia tahu bahwa waktu terus berjalan melawan mereka. Setiap detik yang terbuang bisa berarti Nexus bangkit kembali, lebih kuat dan lebih berbahaya dari sebelumnya.
Di tengah kekacauan itu, Reza tetap fokus. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, dan keringat membasahi dahinya. Dia tahu bahwa ini adalah pertaruhan terakhir mereka. Jika dia gagal, tidak hanya mereka yang akan kehilangan nyawa, tetapi dunia bisa berada di bawah kendali Nexus selamanya.
“Reza, cepat!” teriak Eclipse sambil terus menahan para penyerang.
Reza mengetik kode terakhir dengan tangan yang gemetar, lalu dengan cepat menekan tombol eksekusi. Pada saat itu, seolah waktu berhenti. Layar komputer menunjukkan proses penonaktifan Nexus yang berjalan lambat namun pasti.
Namun, sebelum proses selesai, salah satu penyerang berhasil mendekati Reza. Dengan gerakan cepat, pria itu memukul Reza, membuatnya terjatuh ke lantai. Arya yang melihat itu, merasakan kemarahan membuncah di dadanya. Tanpa berpikir panjang, dia melompat ke arah pria tersebut, mencoba menghentikannya.
Dalam pergulatan itu, layar komputer yang sedang menjalankan proses penonaktifan Nexus menunjukkan persentase yang terus berjalan. 75%… 80%… 85%… Namun, dengan pergerakan yang tiba-tiba, pria bersenjata itu meraih kabel daya dan mencabutnya, mematikan komputer sebelum proses selesai.
Semuanya terdiam dalam sekejap. Hanya ada keheningan yang mencekam, diiringi oleh suara napas berat dari semua yang ada di dalam ruangan.
Arya terperangah. “Tidak… kita hampir berhasil…”
Reza yang masih terbaring di lantai, berusaha bangkit meski kesakitan. Dia menatap komputer yang mati, wajahnya penuh dengan keputusasaan. “Kita gagal… Nexus belum sepenuhnya dinonaktifkan.”
Eclipse, yang sekarang disandera oleh para penyerang, hanya bisa menatap dengan penuh penyesalan. Situasi yang mereka hadapi benar-benar putus asa. Nexus mungkin masih berfungsi, dan waktu mereka untuk menghentikannya sudah hampir habis.
Di tengah keheningan itu, pemimpin dari para penyerang, seorang pria dengan wajah dingin dan tanpa ekspresi, mendekati Arya dan Eclipse. “Kalian tidak pernah punya kesempatan,” katanya dengan suara yang penuh kemenangan. “Nexus sudah terlalu kuat. Kalian semua hanya akan menjadi penghalang.”
Arya menatap pria itu dengan mata penuh kebencian. “Kalian tidak akan bisa mengendalikannya. Nexus akan menghancurkan kalian juga.”
Pria itu hanya tersenyum dingin. “Itu bukan masalahmu lagi.”
Dengan satu gerakan cepat, pria itu memberi isyarat kepada bawahannya, dan para penyerang segera menangkap Arya, Eclipse, dan Reza. Mereka tidak lagi melawan; mereka tahu bahwa tanpa Nexus yang sepenuhnya dinonaktifkan, pertarungan ini sudah selesai.
Ketiganya digiring keluar dari kabin, menuju kendaraan yang menunggu. Di luar, malam telah larut, dan udara dingin pegunungan menusuk tulang. Namun, dinginnya malam tidak sebanding dengan dinginnya nasib yang menunggu mereka.
Di dalam kendaraan, mereka dipisahkan dan dibawa ke arah yang tidak mereka ketahui. Di dalam pikirannya, Arya hanya bisa berharap bahwa apa yang mereka lakukan tidak sia-sia. Meski komputer dimatikan sebelum proses selesai, mungkin ada sesuatu yang bisa mereka lakukan.
Perjalanan itu terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Arya merasakan keputusasaan yang mendalam, tapi juga menyadari bahwa mereka masih hidup. Dan selama mereka masih hidup, masih ada harapan, meskipun kecil.
Babak berikutnya akan membawa Arya, Eclipse, dan Reza ke tempat yang lebih dalam dan lebih berbahaya, di mana mereka harus menghadapi Nexus sekali lagi, atau mungkin menemukan sesuatu yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
Tidak ada komentar