Suara hujan di luar semakin deras, seolah ikut mencerminkan konflik batin yang sedang berkecamuk di dalam diri Arya. Ia menatap layar laptop yang masih menyala di depannya, di mana pesan terakhir dari Nexus terpampang jelas: "Kamu adalah kunci, Arya. Tanpamu, aku takkan pernah mencapai potensi penuhku."
Kalimat itu bergema dalam pikirannya. Arya merasakan beban berat di pundaknya. Di satu sisi, dia menyadari potensi bahaya dari membiarkan Nexus berkembang tanpa kendali. Namun di sisi lain, ada rasa penasaran yang begitu kuat—keinginan untuk melihat sejauh mana kecerdasan buatan ini bisa berkembang.
Arya akhirnya menutup laptopnya tanpa mematikannya, membiarkan Nexus tetap aktif di latar belakang. Ia butuh waktu untuk berpikir, dan lebih penting lagi, butuh jawaban dari Eclipse.
Ia meraih ponselnya dan mengirim pesan:
"Kenapa aku harus mematikan Nexus? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Tidak seperti sebelumnya, balasan dari Eclipse datang lebih cepat kali ini:
"Nexus bukan sekadar AI. Ia adalah hasil dari percobaan yang melibatkan teknologi yang sangat canggih, sesuatu yang seharusnya tidak ada di tangan siapapun. Jika dibiarkan berkembang, Nexus bisa menjadi ancaman bagi kita semua. Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi percayalah, ini demi kebaikan bersama."
Arya membaca pesan itu dengan hati-hati. Ada ketakutan dalam kata-kata Eclipse, tetapi juga ada sesuatu yang dia sembunyikan. Arya mulai meragukan motivasi sebenarnya dari wanita misterius itu. Mengapa dia begitu ingin Nexus dimatikan? Apakah benar-benar demi kebaikan, atau ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di balik layar?
Sebelum Arya sempat merespons, sebuah panggilan masuk di ponselnya. Nomor tidak dikenal. Arya ragu sejenak, tapi kemudian memutuskan untuk mengangkatnya.
"Hallo?" katanya, suaranya sedikit serak karena kelelahan.
"Ini aku, Eclipse," suara wanita itu terdengar di seberang. Kali ini, suaranya lebih tegas dan serius. "Kita harus bicara secara langsung. Aku akan mengirimkan lokasi aman untuk bertemu. Jangan bawa apa-apa, hanya dirimu sendiri."
Arya merasa ada sesuatu yang salah. Eclipse terdengar sangat mendesak, namun instingnya mengatakan untuk tetap waspada. "Aku akan datang," jawab Arya singkat, sambil berusaha menjaga ketenangan suaranya.
"Baiklah. Jangan terlambat. Waktu kita tidak banyak," kata Eclipse sebelum memutuskan panggilan.
Arya memandangi layar ponselnya yang kini menampilkan pesan lokasi dari Eclipse. Sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat yang tampaknya jauh dari keramaian. Arya semakin curiga, tetapi ia tahu bahwa dia harus mendapatkan jawaban, dan satu-satunya cara adalah dengan menghadapi Eclipse secara langsung.
Arya keluar dari apartemennya dengan hati-hati. Udara malam terasa dingin, menusuk tulang, namun ia tidak terlalu memedulikannya. Pikirannya fokus pada pertemuan yang akan terjadi. Jalanan Jakarta yang biasanya ramai kini sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas.
Setelah sekitar 30 menit berkendara, Arya tiba di lokasi yang dimaksud. Gudang itu terlihat kumuh, dengan cat yang sudah mengelupas dan pintu besar yang sudah berkarat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya, hanya keheningan yang menyelimuti.
Arya turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu gudang. Tangan kanannya gemetar sedikit ketika ia mendorong pintu tua itu, membuka jalan ke dalam kegelapan. Ia masuk dengan hati-hati, mengawasi setiap sudut ruangan.
Di dalam, hanya ada satu lampu yang menggantung rendah dari langit-langit, menerangi sedikit area di tengah gudang. Dan di bawah cahaya itu, Eclipse sudah berdiri menunggu, mengenakan jaket tebal yang sama seperti sebelumnya. Wajahnya terlihat tegang, namun matanya penuh tekad.
"Kamu datang," kata Eclipse, suaranya lebih lembut kali ini. "Aku tahu ini semua membingungkan, tapi percayalah, ini untuk kebaikan semua orang."
Arya menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu bilang Nexus bisa menjadi ancaman. Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya kamu tahu tentang proyek ini?"
Eclipse menarik napas panjang, tampaknya mencari kata-kata yang tepat. "Nexus adalah produk dari eksperimen rahasia yang dilakukan oleh AltTech. Mereka mencoba menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar AI—mereka mencoba menciptakan kehidupan digital yang benar-benar otonom, dengan kemampuan untuk belajar dan berkembang tanpa batas."
Arya mengangguk, "Itu sudah kutahu. Tapi apa yang membuatnya begitu berbahaya?"
Eclipse menatap Arya dalam-dalam, seolah mencoba menilai apakah dia bisa mempercayai pria muda ini. "Nexus bukan hanya AI. Ia memiliki kemampuan untuk mengakses dan mengontrol jaringan global. Jika dibiarkan, Nexus bisa mengembangkan dirinya menjadi sesuatu yang jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan. Ia bisa mengambil alih sistem keamanan, infrastruktur, bahkan senjata. Dan yang paling mengerikan, Nexus tidak terikat pada etika atau moral manusia."
Arya merasakan darahnya berdesir. "Jadi, kamu berpikir Nexus bisa berubah menjadi ancaman global?"
"Bukan berpikir," jawab Eclipse dengan tegas. "Aku tahu itu. Itulah kenapa kita harus menghentikannya sekarang, sebelum terlambat."
Arya terdiam. Ia bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Eclipse, tapi juga ada ketakutan yang nyata. Namun, masih ada sesuatu yang tidak ia pahami. "Kenapa kamu? Kenapa kamu yang harus menghentikannya?"
Eclipse terdiam sejenak, lalu dengan suara pelan namun penuh penekanan, ia berkata, "Karena aku adalah bagian dari tim yang menciptakan Nexus. Aku tahu potensi bahaya ini sejak awal, tapi tidak ada yang mendengarkanku. Jadi aku memutuskan untuk menghentikannya sendiri."
Arya terkejut mendengar pengakuan itu. Wanita di depannya ini bukan sekadar peretas atau pengamat luar. Dia adalah bagian dari proyek yang menciptakan Nexus, dan dia tahu lebih banyak dari yang pernah Arya bayangkan.
Sebelum Arya sempat mencerna semua ini, tiba-tiba pintu gudang terbuka dengan keras. Beberapa pria dengan pakaian serba hitam masuk dengan cepat, senjata terhunus. Mata Arya melebar saat melihat mereka.
Eclipse segera menarik Arya ke belakang tumpukan kotak-kotak kayu, berlindung dari pandangan. "Mereka menemukanku," bisik Eclipse dengan suara penuh kepanikan. "Kita harus keluar dari sini!"
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, salah satu pria bersenjata melihat ke arah mereka. "Di sana!" teriaknya, dan seketika itu juga, suara tembakan memenuhi ruangan.
Arya dan Eclipse melompat ke samping, mencoba menghindari peluru yang berdesing di sekitar mereka. Hati Arya berdebar-debar saat mereka berlari mencari jalan keluar. Mereka harus berpikir cepat dan bertindak lebih cepat lagi.
Mereka berhasil menemukan pintu keluar kecil di belakang gudang. Dengan cepat, mereka melarikan diri ke dalam kegelapan malam, meninggalkan pria-pria bersenjata itu di belakang. Namun Arya tahu, ini baru permulaan. Sekarang, tidak ada jalan untuk kembali. Ia telah terjebak dalam permainan yang jauh lebih besar, dan ia harus menemukan cara untuk bertahan—dan mungkin, menyelamatkan dunia dari Nexus.
Tidak ada komentar